102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh
syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut
dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79].
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
|
[77]. Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi
Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan
2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat
dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti
Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang
pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada
sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami
isteri.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang
mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan
pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin." Maka Allah
menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih
mempercayai syaitan daripada iman kepada Allah SWT.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW beberapa kali
tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah
dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai
bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya: "Orang ini lebih mengetahui
daripada
kita tentang apa yang diturunkan kepada kita."
Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW ialah tentang sihir. Dan mereka
berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat
ini (S. 2: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil-'Aliah.)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar